Ternyata Akhir Zaman T’lah di Depan Mata

Assalamu'alaikum.. Alhamdulillah saya bisa update. Adakah yang menantikan saya? Jika tak ada itu tak masalah.
Pada kesempatan kali ini, saya menulis sebuah esai, yang isinya hanyalah serangkaian kejadian di sekitar kita, menyinggungnya, berusaha membawakan sebuah dakwah meski dengan cara yang tidak sama dengan ulama lainnya (karena saya bukanlah ulama).
Baik, langsung saja. Selamat membaca. Wassalamu'alaikum.
******

Ternyata Akhir Zaman T’lah di Depan Mata

Berbicara tentang akhir zaman, akhir-akhir ini sangat gencar diperbincangkan di dunia maya. Mengatakan bahwa sesuatu yang dinamakan ‘kiamat’ telah berada di depan mata. Saya berniat mengangkat topik ini, mencoba menyuguhkan sekadar bacaan bagi Anda yang mungkin penasaran dengan isu tersebut.
Saya pun tak begitu mengerti apa yang mereka pikirkan hingga ‘bisa-bisa’ nya mendapatkan ide konyol menyebarkan kabar—yang mungkin lebih afdal disebut isu—ini. Dan sebagai seorang Muslim, sudah selayaknya untuk tidak begitu percaya hal ini, melainkan apa yang telah diajarkan oleh Islam bahwa kiamat tidak akan datang melainkan secara tiba-tiba. Tak ada manusia yang mengetahui kapan ia datang.
Sebenarnya mungkin sudah ada tanda-tanda kiamat, tanda-tanda bahwa dunia sudah tak layak huni, sudah begitu banyak keanehan dan ‘kegilaan’ yang terjadi akhir-akhir ini. Sebagai contoh, para ‘ukhti’ yang berada di Negara barat sana.
Mereka, yang mengaku menuntut persamaan derajat antara lelaki dan perempuan. Mereka mengimami para jamaah yang terdiri dari campuran kaum hawa dan adam. Menyingsingkan lengan bajunya dan berdiri di atas mimbar guna mengumandangkan adzan dan menyampaikan khutbah setelah shalat Jum’at. Dan melaksanakan shalat berjamaah dengan shaf yang tak ada bedanya antara satu jenis kelamin dengan jenis yang satunya. Bahkan mereka tak menutup aurat mereka saat melakukan ibadah lima waktu tersebut.
Sesungguhnya apa yang mereka pikirkan?
Mungkin kegiatan ‘emansipasi wanita’ memang telah ditunaikan di beberapa negara. Di beberapa dekade yang lalu pun telah dilaksanakan usaha tersebut. Namun bukankah telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita tak boleh mengimami seorang lelaki? Apa salahnya menerima kodrat yang telah diberikan oleh Tuhannya, yang telah dengan tulus menciptakan mereka?
Cobalah membaca sebuah artikel yang tersebar di ladang dunia maya. Begitu banyak yang membicarakan tentang keunggulan wanita. Kemudahan wanita dalam mengumpulkan pahala demi surga yang selalu dielu-elukan oleh mereka.
Jika ingin mati sebagai syahid,  seorang wanita dapat memenuhinya hanya dengan melahirkan seorang anak yang ia sayangi. Jikalau tidak mati pun, saya yakin surga adalah sebuah ganjaran yang dijanjikan oleh Tuhannya.
Begitu banyak keunggulan lainnya, yang tak akan saya sebutkan satu per satu di sini. Silahkan membaca artikel yang berserakan di luar sana.
Bagi saya, ketimbang memikirkan kapan sebenarnya kiamat datang (apalagi sampai ada yang tak kuasa menerimanya hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga),  lebih baik memikirkan apakah diri ini sudah siap apabila esok ajal yang menjemput.
Seandainya Anda adalah pelaku pembunuh diri Anda sendiri (saya tekankan ini hanya perandaian, saya berharap kita bukanlah orang-orang di dalam golongan itu), setelah melakukan itu Anda akan berpikir bahwa Anda tak akan bertemu dengan sesuatu yang menakutkan itu, yang akan meluluh lantakkan semua yang Anda lihat. Tapi, mari memikirkan apa yang akan Anda lalui setelah nyawa Anda benar-benar melayang.
Dalam ajaran agama yang saya anut (Islam namanya), semua yang dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Sang Pencipta umat-Nya. Bunuh diri adalah dosa yang besar. Ya, tentu saja. Semua tahu hal itu. Lalu, apa alasan kita untuk menghakimi diri kita sendiri dengan mencabut nyawa nya mendahului kehendak Tuhan?
Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah acara dalam salah satu stasiun televisi nasional. Tentang rakyat Suriah yang mengungsi ke Eropa guna mencari tempat aman karena Negara nya sendiri sedang dirundung masalah yang sungguh dahsyat dampak nya.
Mungkin suasana di sana tak ada bedanya dengan keadaan Palestina dimana desingan mesiu selalu terdengar di sepanjang hari. Ini mengingatkan saya tentang sebuah hadist, dimana kala akhir zaman nanti akan ada yang namanya perang antara kaum Muslim dan Yahudi. Yah, semoga mereka segera berdamai. Amin.
Dan satu lagi yang menjadi buah bibir terhangat belakangan ini. Musibah di Tanah Suci. Sejujurnya saya amat merinding begitu mendengar kabar ini, dan amat terkejut kala melihat tayangan di televisi bahwa crane-crane menjulang di Masjidil Haram.
Saya harap Anda sekalian paling tidak pernah mendengar sebuah hadist yang mengatakan perihal gedung-gedung tinggi di tanah Arab. Saya tak ingin menyinggungnya terlalu jauh. Karena saya juga belum mengetahui nya secara rinci, pun sedikit merasa ngeri membahasanya.
Di tanah saya berdiri sekarang pun (Palembang), tengah diselimuti oleh kabut asap akibat kebakaran lahan di daerah sekitar Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Suhu bumi pun rasanya naik beberapa derajat. Mungkin secara kasar nya, bumi mulai tua, dan mulai rusak. Ulah siapa? Tentu saja bangsa Homo Sapiens.
Lalu, apa yang bisa dilakukan sekarang?
Jika Anda berada dalam golongan orang-orang yang berpikir untuk berjihad dan memilih bergabung dengan IS, maka saya tak akan segan untuk menyalahkan pemikiran Anda (tapi saya tak akan membahas itu). Ingat, Islam bukan teroris. Islam mencintai perdamaian. Sejujurnya saya begitu marah ketika seorang gadis yang menutup aurat nya dengan jilbab hingga pinggang nya mendadak disapa dan disangka seorang teroris (atau lebih tepatnya calon teroris).
Dan akhir kata, semua dikembalikan kepada diri kita sendiri. Anda  sendiri lah yang mampu menentukan berada di mana akhir kita nanti—mengingat kita telah berada di ujung zaman. Saya hanya lah sekadar mengangkat opini, berharap orang yang membaca nya mampu memahami apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

Sebagai penutupnya, saya mohon maaf, sekaligus berterimakasih bagi Anda yang sudah repot-repot membaca rangkaian paragraf-paragraf ini.

Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya

[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)