[REVIEW] SUPER DUPER MEGAH: OPENING CEREMONY ASIAN GAMES 2018
Mari lupakan sejenak gonjang-ganjing, adu sikut, dan hiruk-pikuk politik
negeri ini yang sedang panas dan entah kapan mereda. Mari sejenak nikmati
keriuhan, suka-cita, euforia dari pesta olahraga Bangsa Asia yang kebetulan,
atau memang sudah ditakdirkan, dilaksanakan di tanah ibu pertiwi ini setelah
merayakan hari kemerdekannya.
18 Agustus 2018, Indonesia mencetak sejarah baru. Sejak senja baru saja
tiba, Gelora Bung Karno sudah berada di layar kaca, hampir di semua stasiun
televisi. Orang-orang yang tak mampu terbang ke sana, pasti sudah siap menekuri
benda kubus elektronik itu. Termasuk orang yang menulis tulisan ini.
Setelah sholat magrib usai dilaksanakan, akhirnya detik-detik kemeriahan
itu sudah benar-benar terasa sekalipun dilihat melalui layar kaca yang entah
berapa ratus kilometer jaraknya.
Dibuka dengan kemegahan Tari Ratoh Jaroe, oleh ribuan penari, dengan
koreografi yang luar biasa apik, sukses menegakkan bulu kuduk penonton,
sekaligus menganga, atau bahkan meneteskan air mata. Ditambah koreografi
penutup menampakkan merah putih raksasa, penulis sukses: menangis sejadinya.
Source: Indosiar Youtube Channel
Selepas itu, air mata tak sempat mengering, bahkan bulu kuduk tak sempat
menenang, rombongan kontingen Heroes of
Asia digiring, dipanggil satu-per satu, masuk beriringan. Dipinggirnya
ribuan penari Ratoh Jaroe menyambutnya dengan tarian, membentuk jalanan zig-zag.
Hingga panggilan ke empat puluh lima, dengan jumlah 964 atlet (meski beberapa
sumber mengatakan jumlah lainnya, namun yang jelas menyentuh angka 900 sekian).
Itu semua hanyalah sebagian kecil dari kemeriahan dan keharuan yang
disuguhkan untuk rakyat negeri ini selama tidak lebih dari tiga jam. Sungguh pertunjukkan
yang luar biasa populer menurut kaca mata penulis.
Terlepas dari segala teriakan haru nan gembira yang semua orang teriakkan
malam itu, apa lagi yang akan diperoleh negeri ini? Akankah rakyat merasakan
keuntungan segegap gempita perayaan semalam? Atau akan kembali dipusingkan oleh
dua kubu kaum elit negeri yang tak kunjung ada habisnya?
Saat pengecekan situs youtube sebelum tulisan ini ditulis, video kemegahan
Ratoh Jaroe menempati posisi kedua trending
topic di sana. Lalu, akankah itu hanya akan menjadi sesuatu yang viral
selama beberapa saat saja?
Lagi-lagi, judul di atas hanya sekadar pengantar saja. Saya ingin
menyampaikan makna yang (lagi-lagi) dijaring oleh kacamata saya.
Dari Tari Ratoh Jaroe, bukankah kita belajar sesuatu? Bahwa di koregrafi
tersebut, terdapat dua puluh barisan (jika tak salah hitung), dan beberapa
gerakan yang berbeda. Namun, tujuan tarian tersebut tetap sama, yakni
memeriahkan upacara pembukaan tersebut.
Begitu pula Indonesia, yang memiliki macam-macam suku, macam-macam agama,
macam-macam bahasa, dan macam-macam yang lainnya. Indonesia terlalu kaya, tidak
bisa disebutkan semua “keanekaragamannya”. Tapi, di atas semua
ke-macam-macam-an itu, tujuannya hanya satu: Indonesia Merdeka.
HUT RI yang ke 73 ini, tajuknya masih “Merajut Indonesia”. Saya berdoa
semoga tahun depan, atau setidaknya lima tahun yang akan datang, tajuknya bisa
berubah: Indahnya Indonesia.
Palembang, 19 Agustus 2018