[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)

Lagi, semoga pembaca tidak bosan dengan permohonan maaf ini. Tadinya mau menulis sesuatu yang lain, eh, malah kepincut sama anime yang masih fresh from the oven yang satu ini.

Josee to Tora to Sakana-tachi (Josee dan harimau dan para ikan) merupakan cerita yang diadaptasi dari cerpen jadul karya Seiko Tanabe. Pernah diadaptasi jadi film dengan judul sama di tahun 2003 oleh negara asalnya, lalu di tahun 2020 diadaptasi pula oleh Korea Selatan dengan judul Josee. Inginnya saya membandingkan ketiga versi adaptasi ini, namun saya urungkan sebab belum menonton versi kedua live action-nya. Maka tulisan ini akan mengulas Josee to Tora to Sakana-tachi versi anime, yang berikut merupakan profil lengkapnya dikutip dari MyAnimeList:

  • Title : Josee to Tora to Sakana-tachi
  • Alternative Titles : Josee, the Tiger and the Fish (English), ジョゼと虎と魚たち (Japanese)
  • Type : Movie
  • Episodes : 1
  • Status : Finished Airing
  • Aired : December 25, 2020
  • Producers : Shochiku, Kadokawa, Sonilude
  • Licensors : Funimation
  • Studios : Bones
  • Source : Novel
  • Genres : Slice of Life, Drama, Romance
  • Duration : 1 hr. 38 min. 
  • Rating : PG-13 – Teens 13 or older

Josee to Tora to Sakana-tachi menceritakan tentang seorang mahasiswa mandiri, pintar, rajin menabung, dan punya cita-cita kuliah ke luar negeri bernama Suzukawa Tsuneo yang bertemu seorang gadis disabilitas yang ingin dipanggil Josee. Dipertemukan melalui cara kebetulan, akhirnya Tsuneo menjadi akrab setelah ditawari nenek Josee untuk bekerja menjadi pelayan cucunya. Hari-hari dilalui keduanya bersama hingga akhirnya benih-benih rasa mulai bertebaran. 

PLOT

Sebelum menonton, saya melihat-lihat terlebih dahulu informasi mengenai movie ini di internet. Pernah terbaca, alurnya mirip-mirip dengan anime favorit sejuta umat, Koe no Katachi. Premisnya memang mirip, yakni cewe disabilitas bertemu cowo sehat yang kemudian saling suka. Tapi plotnya tidak bisa dibilang sama, sebab di Koe no Katachi kedua tokoh punya masa lalu bersama. Sedangkan Josee dan Tsuneo hanya bertemu tanpa sengaja yang kemudian menjadi dekat karena awalnya Tsuneo butuh duit.

Tanpa time skip, Josee to Tora to Sakana-tachi menceritakan perkembangan hubungan Tsuneo dan Josee yang berawal dari keadaan (Tsuneo butuh duit), lalu menjadi perasaan kasihan, yang kemudian berubah menjadi rasa yang tulus di antara keduanya. Perubahan rasa hubungan mereka pun tidak sekonyong-konyong berubah sebab kelabilan mereka, namun memang ada faktor keadaan yang mengubahnya. Menurut saya, ceritanya sangat bisa dinikmati kerealistisannya.

CHARACTER DEVELOPMENT

Tsuneo digambarkan sebagai seorang mandiri dengan mimpi yang besar. Tak heran jika ia harus menjadi seorang yang realistis, tidak mudah baper, dan mengambil semua kesempatan yang ada. Karakter itu mampu dipertahankan secara konsisten hingga akhir cerita. Walau ia sempat terpuruk saat mengalami kecelakaan, namun akhirnya semangatnya bisa dikembalikan oleh seorang Josee. Setelah sayap di hatinya tumbuh kembali pun tak menjadikannya sebagai seorang yang bucin pada Josee. Ia tetap berusaha meraih cita-citanya sambil menjadi pelayan untuk pacarnya.

Josee pun demikian. Sejak awal digambarkan sebagai seorang gadis pemimpi, hanya saja ia tak tahu harus bagaimana meraih mimpinya. Berkat Tsuneo, ia bisa melihat “harimau dan ikan” serta mengeksplor dunia luar. Meski sempat galau karena merasa bersalah, akhirnya ia bisa mengalahkan kengototan si orang ketiga yang bucin, Ninomiya Mai (tak akan saya bahas sebab hanyalah orang ketiga yang numpang lewat).

CINEMATOGRAPHY

Kualitas visual dari film ini tentu sangat memanjakan mata. Tidak kalah sekalipun jika dibandingkan dengan movie-nya Mbak Violet. Pemandangan lautnya menjadi vitamin sea untuk saya dan cukup manjur untuk mengobati penyakit rindu pantai. Saat scene mimpi Josee yang berenang bersama ikan-ikan pun sangat indah dan dibuat berbeda dari adegan-adegan lainnya di dunia nyata (maksudnya di luar mimpi Josee).

ENDING

Ending yang manis dan realistis, mungkin itulah penilaian saya tentang cerita penutup movie ini. Sebab kedua tokoh utama berhasil meraih mimpi mereka setelah berjuang melawan keadaan-keadaan yang menimpa mereka. Rasa cinta pun tidak menjadi penghalang bagi Tsuneo mengurungkan niatnya meninggalkan tanah Jepang. Anime ini memberitahukan penonton bahwa di zaman sekarang tak boleh menyia-nyiakan kesempatan hanya sebab kebucinan. Ada teknologi yang akan membuatmu tetap menjangkau orang terkasih, sejauh apapun jarak memisahkan (selama masih terjamah signal).

Untuk ending theme song  yang diputar selama credit title, saya langsung mengetahui bahwa itu suara  dan warna musik dari Eve. Suara khasnya menjadi candu tersendiri saat mendengar Kakai Kitan selama penayangan Jujutsu Kaisen beberapa waktu yang lalu. Dan ternyata benar, lagu dari Eve kini menjadi lagu penutup untuk Josee to Tora to Sakana-tachi dengan judul Ao no Waltz, yang berhasil menjadi candu baru. Rasanya seperti mendengar Kakai Kitan versi slow tempo.

CONCLUSION

Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya, yakni logat yang dipakai para karakternya. Di telinga saya seperti ada logat khas, namun saya tidak terlalu mengerti apa benar itu logat khas daerah di Jepang atau hanya bahasa non-formal. Saat adegan Josee melihat laut untuk pertama kalinya, ia curhat ke Tsuneo tentang bapaknya. Lalu ada kalimat Josee yang kurang lebih begini: “...saigo no chance kamoshirenai-ya.” sama “nani surui-ya?” (mohon maaf jika salah, hanya modal pendengaran seorang weaboo). Setelah itu saya jadi sering mendengar ujung-ujung kalimat yang ada “-ya” begitu. Belum sempat riset, tapi nanti akan saya telisik lebih jauh perihal ini. Mungkin jika ada yang mengetahuinya, mohon tinggalkan komentar di bawah.

Untuk ceritanya sendiri, intinya movie ini mengisahkan tentang para pejuang mimpi. Seremeh apapun mimpi itu, sebesar apapun halangan yang melintang di hadapan, jangan pernah berhenti untuk memimpikannya. Bahkan jika kenyataan memaksa dan mengatakan bahwa mimpi itu mustahil, maka carilah kesempatan-kesempatan lainnya. Di akhir cerita, Josee memutuskan untuk menuruti mimpinya. Saya tidak begitu yakin apakah ia meninggalkan pekerjaan yang sudah ia dapatkan sebelumnya atau tidak. Namun menurut kaca mata realita yang akhirnya melahirkan alternative ending versi saya, maka Josee bisa saja tetap bekerja di kantor sambil memulai karirnya sebagai ilustrator. Nafkah tetap terpenuhi sembari mengejar mimpi. Sekalipun suatu saat menemui kegagalan yang pertama, minimal masih bisa hidup layak.

Score: 9.5/10


Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya