SELF HEALING: Salah Satu Kebutuhan Primer
Penat merupakan hal yang wajar dialami setiap orang. Hal ini bisa saja disebabkan oleh aktivitas harian seperti bekerja, sekolah ataupun kuliah, pekerjaan rumah, sampai aktivitas organisasi. Semua pekerjaan itu bisa membuat penat baik fisik, pikiran, bahkan mental para pelakunya.
Biasanya tanda-tanda kelelahan itu salah satunya ketika kita mulai bosan melakukan apapun mengenai pekerjaan. Walaupun mencoba istirahat sebentar untuk sekadar menonton televisi, namun rasa bosan dan lelah itu tetap muncul saat memulai untuk melakukan pekerjaan lagi. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan bisa mempengaruhi kualitas kerja hingga kesehatan diri.
Untuk mencegah hal tersebut, maka setiap manusia membutuhkan "obat". Di bawah ini, saya akan mencoba menuliskan beberapa obat versi saya yang mungkin bisa dijadikan referensi untuk mengobati diri dari penyakit penat.
Menatap pemandangan yang terhampar
Umumnya aktivitas harian manusia mengharuskan ia terkurung dalam suatu ruangan yang tidak terlalu luas dengan pandangan yang hanya terpaku pada layar dengan angka dan tulisan yang mesti diolah. Tanpa disadari hal-hal monoton itu akan membuat mata hingga pikiran lelah. Kelelahan yang disebabkan dari pandangan tentu bisa disembuhkan dengan memberikan obat pandangan.
Melihat tontonan yang menghibur mungkin hanya bisa membuat kita tertawa dan melupakan pekerjaan untuk sesaat. Sebab kita menonton melalui layar yang sebenarnya merupakan penyebab lelah kita. Maka kita butuh sebuah pemandangan yang luas. Pergilah ke tempat-tempat luas seperti pantai, danau, ataupun sekadar lapangan. Atau jika ada kesempatan, bisa pergi mendaki gunung atau ke perbukitan kebun teh.
Tapi ingat, untuk menghindari paparan virus corona, hindari kerumunan, ya. Sebab sejatinya kerumunan bukan hanya mengancam paparan corona, namun itu bisa membuat self healing yang kita impikan gagal. Karena obat yang kita cari membutuhkan ketenangan.
Hang out with yourself
Bagi sebagian orang mungkin jalan-jalan sendirian terkesan awkward. Seperti seorang yang tidak punya teman atau bahkan introvert. Padahal dengan menikmati waktu kebersamaan dengan diri sendiri adalah suatu kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh diri kita sendiri.
Bayangkan ketika kita sedang berjalan di tengah keramaian, namun kita asyik berbincang dengan diri sendiri setiap melihat sesuatu yang baru atau bahkan aneh. Atau ketika kita memasuki bioskop seorang diri, duduk berjarak dengan penonton lain dalam ruang gelap, dan kita terlelap dalam alur film tanpa interupsi. Kita tak perlu memikirkan apa yang orang lain inginkan. Di waktu itulah kita bisa membuka diri selebar-lebarnya pada diri kita sendiri. Karena terkadang, satu-satunya yang tak mampu mendengar teriakan kita adalah diri kita sendiri.
Menikmati hujan
Entah ada sihir apa di balik peristiwa jatuhnya air dari langit ke bumi itu. Suara air yang menabrak tanah, suara bising seng yang ditimpa ribuan tetes hujan, aroma khas debu yang tersiram, hingga rasa sentuhan air yang mengenai kulit ketika kita sengaja menjulurkan tangan seolah menjadi obat penenang tanpa efek samping mengantuk. Mungkin sesekali kita bisa benar-benar berlarian di bawah hujan, selayaknya ketika masih kanak-kanak dulu. Berdiri sambil menatap mendung, dingin dari setiap tetesnya berjatuhan di atas wajah mampu mendinginkan pikiran yang mungkin sedang panas-panasnya.
Pulang ke rumah
Jika dirimu adalah anak rantau, kemungkinan sumber lelah itu adalah rindu. Rindu pada kampung halaman, rindu pada tanah kelahiran, dan rindu pada orang yang melahirkanmu. Atau jika dirimu bukan perantau, tiap hari masih bisa melihat wajah ibu, tetap saja. Rindu bisa menjadi sumber penyakit yang tak ada obatnya selain bertemu. Ketika lelah, cobalah untuk meluangkan waktu untuk sekadar bercengkrama dengan orang tua. Biarkan ia mendengarkan keluh kesahmu. Sekalipun tak ada solusi yang didapatkan, paling tidak sedikit rindu bisa terobati. Tak mampu bertemu secara langsung? Ya sudah, gunakan teknologi sebagai sarana memohon ridho dan doa ibu dan ayah.
Kembalikan pikiran kepada Sang Pemilik Hidup
Sejauh apapun kita berlari, memang tempat terbaik untuk kembali adalah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sekeras apapun kita berusaha, semua tak ada artinya jika tanpa doa. Sebesar apapun lukanya, akan cepat membaik ketika kita tersadar bahwa luka yang kita rasakan pasti ada hikmahnya. Tumpahkan segala air mata di bawah sujudmu hingga banjir sajadahmu. Menangislah selayaknya masih kecil dulu. Setelah semua tertumpah, entah bagaimana, rasanya sedikit ruang di dada mulai terasa lapang.
Dulu kegiatan hiburan mungkin tak lebih dari sekadar kebutuhan mewah yang dilakukan untuk mengisi waktu kosong di tengah hari libur. Namun saat ini, rasanya kata hiburan harus diganti namanya menjadi self healing dan merubahnya menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Sebab lelah pikiran berbeda dengan kelelahan fisik yang bisa diobati dengan selonjoran ataupun rebahan.
Meski demikian, jangan lupa pengamanan ekstra di saat pandemi, terlebih di kawasan dengan penerapan PPKM. Mungkin pemandangan dari atap ataupun lapangan belakang rumah bisa dijadikan alternatif pengganti.