TERJEBAK CINTA SESAAT SANG HASHIRA API: Rengoku Kyojuro
Jatuh cinta pada pandangan pertama mungkin memang terdengar indah, ya. Hal itu dapat membuat hati setiap manusia berbunga-bunga dalam waktu sekejap, terkagum-kagum tanpa harus mencari alasan ini dan itu, mencintai tanpa perlu pertimbangan sisi baik dan buruk. Seperti itulah yang saya rasakan pada Sang Hashira Api, Rengoku Kyojuro.
Perlu diingat bahwa tulisan ini SECARA KESELURUHAN MENGANDUNG SPOILER, JADI BAGI PEMBACA DIHARAPKAN BIJAK MEMUTUSKAN UNTUK LANJUT ATAU TIDAK. Mungkin bagi beberapa calon penonton yang menantikan link download akan kesal. Bodo amat, lah, ya. Toh sebagian besar penonton sudah membaca manganya. Saya hanya mengulas dan berbagi pengalaman. Jadi bagi yang tak ingin terkena spoil mungkin bisa meng-skip saja tulisan ini.
Baik, sabtu lalu, saya mendatangi bioskop bersama teman seper-wibu-an saya sejak sekolah kejuruan dengan semangat di dada, menonton sebuah karya terlaris di negeri kelahirannya, Kimetsu no Yaiba: Mugen Ressha. Karena saya hanya mengikuti anime-nya, saya sekeras mungkin menahan diri untuk tidak kepo terhadap spoil yang bertebaran di luar sana. Tapi di perjalanan menuju studio, teman saya si pembaca manga keceplosan dan bilang, “Siapin tisu, Kak. Nyesek banget, pas di akhir, lu bayangin aja udah seneng karena menang, eh harus ada satu yang mati demi 200 nyawa lainnya.” Tapi dia lupa siapa nama karakter yang harus berkorban itu. Hanya saja, saya jadi menebak-nebak apakah Sang Hashira Api yang kuat itu yang akan mati?
Ya, dan benar, Sang Hashira Api, Rengoku Kyojuro, harus wafat melawan Iblis Upper Moon 3, Akaza.
Jujur saja saya merasa bahwa saya telah jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Rengoku-san. Saya bahkan sempat merasa kesal pada Koyoharu Gotoge-sensei lantaran tidak bisa menerima kenyataan. Mengapa harus ia ciptakan sesosok karakter yang sangat mudah untuk dicintai hanya untuk ditampilkan pada satu arc saja? Apalagi sebagai penonton anime, saya harus menemui karakter ini hanya di movie yang saat ini bahkan sangat tidak ingin saya lupakan.
Mari kita ulas mengapa bisa karakter yang satu ini sangat mudah untuk dicintai.
Pada menit-menit awal, penonton disuguhkan kekonyolan Three Musketeer utama kita, Kamado Tanjiro, Agatsuma Zenitsu, dan Hashibira Inosuke. Mereka bertemu dengan Sang Hashira Api nyentrik yang sedang sibuk menikmati dan mengapresiasi beberapa kotak bento. Cara ia memuji setiap suap yang ia nikmati menunjukkan karakter yang begitu lembut namun juga tegas. Kemudian mereka berkenalan dan saling mengobrol. Sang Hashira Api selalu menanggapi pertanyaan Tanjiro dengan semangat, tegas, dan tatapan yang tetap lurus ke depan—sekalipun ia tak mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan padanya. Menurut saya, hal itu mengundang tawa sekaligus kagum. Meski demikian, selalu ada nasihat yang ia lontarkan pada Tanjiro-boy dengan senyum yang tak pernah lekang dari bibirnya. Inilah momen di mana saya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Ketika iblis kroco mulai hadir, Sang Hashira Api menunjukkan kebolehannya. Dengan secepat kilat tebasan apinya menghancurkan iblis sampai ke tulang. Bahkan ia menyelamatkan seorang penumpang dengan gerakan kilatnya, membuat Three Musketeer terkagum-kagum. Si Kepala Babi sampai kesal pada rasa kagumnya sendiri. Situasi itu mampu diselesaikan dengan tanpa meninggalkan lengkungan di bawah hidungnya. Subarashi, hati saya makin terpana.
Masuk pada bagian di mana mereka harus berhadapan dengan mimpi indah mereka. Di sini kita disuguhkan masa lalu Rengoku-san. Dia berasal dari keluarga yang sepertinya terpandang. Ayahnya diketahui merupakan seorang mantan Hashira Api, Ibunya wafat akibat penyakit, serta memiliki seorang adik laki-laki. Ia dididik dalam kedisiplinan, tak heran jika ia memiliki pribadi tegas yang mengagumkan. Ia dibesarkan dengan kasih sayang hingga membuatnya memiliki kelembutan hati dan penghargaan pada hal di sekelilingnya. Saking kesengsemnya, saya sempat browsing perihal latar belakang Sang Hashira hingga menemui beberapa profil dirinya. Satu hal yang sangat membuat saya makin tergila-gila padanya, sebuah kalimat dari ibunya sebelum wafat: “Mereka yang dilahirkan kuat mempunyai tugas untuk melindungi yang lemah.” Sungguh motto hidup yang luar biasa mengagumkan. Makin sulit untuk belajar move on dari karakter love-able satu ini.
Setelah Enmu berhasil dikalahkan oleh duet maut Tanjiro-boy dan Si Kepala Babi Inosuke, Tanjiro yang terkena serangan sedang sibuk mengatur nafas untuk menghentikan pendarahan yang dialaminya dengan bantuan nasihat dari Sang Hashira. Tiba-tiba, Iblis Upper Moon itu datang mengganggu ketenangan, menantang Sang Hashira dalam sebuah pertempuran hebat super cepat yang akan saya nobatkan sebagai pertandingan ter-epic dalam memori saya ketika keluar dari studio. Tetapi, pertarungan itu juga menjadi pertarungan paling tidak diharapkan hasilnya. Lantaran meskipun tidak bisa disebut kalah, pertandingan ini harus merenggut nyawa seorang karakter yang baru saja merebut hati saya dari Sang Kapten Badass, Levi Ackerman. Akaza kabur berkat sinar matahari, meninggalkan potongan lengannya yang menancap di dada Sang Hashira hingga menembus punggungnya, meninggalkan ceramah Tanjiro yang menyayat hati, meninggalkan tangis duka dari setiap yang menyaksikan baik secara langsung maupun yang di bangku penonton. Sungguh saya tak rela harus berpisah dengan sesosok yang saya baru saja saya temui sekaligus saya cintai. Saking kuatnya sosok Rengoku di ingatan saya, sampai lupa bahwa Tanjiro adalah main character di sini.
Sentuhan akhir ketika lagu penutup dari Mbak LiSA yang berjudul Homura menjadi pengiring credit title diputar, hati saya makin perih. Memang air mata sudah kembali mengering, namun perasaan seperti ditinggal seorang kekasih membekas di sana. Nyesek, mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkannya. Sampai sekarang saya seperti seorang masokis yang kecanduan Homura-LiSA lalu berkabung sesudahnya. Efeknya psikologinya bahkan lebih terasa daripada saat saya kecanduan Boku no Senshou-Shinsei Kamattechan ataupun Shougeki-Yuko Ando saat awal-awal penayangan Shingeki no Kyojin Final Season.
Singkatnya, saya terjebak dalam cinta sesaat Sang Hashira Api, Rengoku Kyojuro. -Aping-