FROM HERO TO THE BIG HERO: EREN YEAGER [Review Singkat Shingeki no Kyojin]

Shingeki no Kyojin, Attack on Titan. Siapa sih yang tak kenal judul legend yang satu ini. Bahkan orang yang tidak "terjangkit wibu" pun setidaknya mengetahui judulnya. Dan saya adalah salah satu penggemar dari cerita deep dark buah karya Hajime Isayama ini. Maka, tulisan ini akan menjadi review singkat versi saya pribadi mengenai Manga Shingeki no Kyojin yang baru-baru ini resmi tamat dengan meninggalkan beberapa titik air mata sebab endingnya yang luar biasa.
Seperti biasa, berikut detail profil dari Manga yang saya kutip dari Wikipedia.org:



Judul                           : Shingeki no Kyojin (bahasa Jepang: 進撃の巨人)
Judul Internasional      : Attack on Titan
Pengarang                   : Hajime Isayama
Penerbit                       : Kodansha
Majalah                       : Bessatsu Shonen Magazine
Terbit                           : 9 September 2009 - 8 April 2021
Final Chapter              : 139
Genre                          : Laga, Militer, Misteri, Fantasi, Drama, Shonen

Sebenarnya saya tidak terlalu istiqomah dalam mengikuti serial manga yang satu ini sebab tidak ingin kehilangan hype saat menonton adaptasi animenya. Namun saat cerita sudah mulai membahas tentang latar belakang lahirnya kegelapam dunia Attack on Titan, saya tidak tahan dan akhirnya mulai membaca kembali manga yang sempat saya tinggalkan tersebut. Meski tidak lengkap, namun informasi tetap saya dapatkan dari ulasan-ulasan di salah satu channel youtube otaku yang senantiasa saya tonton setiap unggahannya.
Berikut beberapa poin yang menurut saya menjadi nilai plus dari manga ini:

1. Character Development
Salah satu poin yang saya sukai dari cerita ini adalah cara Isayama Sensei dalam menggambarkan bagaimana Eren dan teman-temannya berkembang. Sebagai contoh, beberapa karakter akan saya bahas perkembangannya.
  • Eren Yeager. Berawal dari seorang anak naif yang kemudian menjalani kerasnya hidup. Hingga lahirlah sosok Eren bermental baja, peduli pada orang-orang yang ia sayangi, meskipun keras kepalanya sudah ada di batas atas manusia normal. Hingga ketika memasuki PoV orang-orang di benua utama, sang protagonis utama kita justru menjadi sosok yang memegang peran antagonis. Mulai dari menyakiti teman-temannya, mengkhianati rekan-rekan militernya, hingga melakukan genosida pada penduduk dunia. Namun perubahan itu tidak sekonyong-konyong terjadi. Banyak yang dilalui Eren hingga akhirnya ia harus mengambil keputusan sedemikian gila. Banyak pertimbangan yang ia pikirkan hingga akhirnya menjadi orang jahat seolah menjadi satu-satunya jalan yang ia punya untuk mengakhiri rantai kebencian yang sudah menjerat dunia. Dan perkembangan karakter ini dikemas dalam suatu plot twist yang luar biasa.
  • Mikasa Ackerman. Menurut saya, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi pada heroin satu ini. Selain karena memang sejak awal ia sudah menjadi sosok bucin-nya Eren, kenyataan bahwa karakter bawaan lahir yang diberikan sang mangaka pada Mikasa adalah setia. Ditambah darah Ackerman yang mengalir dalam dirinya, membuatnya menjadi sosok yang memang sudah ditakdirkan sebagai follower-nya Eren. Hingga akhir, Mikasa tetap ditampilkan sebagai karakter yang senantiasa setia menemani Eren di bawah pohon seperti di awal chapter pertama.
  • Armin Arlert. Jika Mikasa digambarkan sebagai sosok yang senantiasa setia, maka Armin ditampilkan sebagai seorang pria yang senantiasa berhati lembut. Ia lelaki yang konsisten dengan karakternya, seorang pemikir, pemimpin yang rendah hati, serta selalu mempertimbangkan kemaslahatan orang banyak. Cocoklah kalau harus menjadi pengganti Hange Zoe dan penerus Erwin Smith. Meski saya sedikit terganggu dengan karakter bawaan Colossus Titan Bertold yang membuat Armin mendadak bucin ke Annie Leonhart XD  namun gelar pahlawan yang tetap berdiri hingga akhir jatuh ke tangan Armin.
  • Levi Ackerman. Karakter ini tentu harus dibahas. Sebab saya suka karakter ini berkembang karena hal-hal realistis yang terjadi di dunia Attack on Titan. Masa lalu pahit yang pernah dilaluinya membuatnya menjadi karakter yang bisa melihat sisi kejam dunia, mengambil keputusan sepahit apapun rasanya, dan menjadi orang yang menyaksikan pengorbanan orang yang setia padanya dengan hati yang senantiasa tegar. Orang normal mungkin tidak tahan dan memilih bunuh diri. Meski tak lagi memegang gelar manusia terkuat. Namun Levi berhasil menjadi the last man standing di hati saya di Survey Corps.
2. Konsistensi alur cerita dan Plot Twist yang gila
Konsistensi Hajime Isayama dalam menulis cerita Shingeki no Kyojin patut diacungi jempol. Saya yakin selama menulis cerita Isayama Sensei telah menulis teori-teori yang tak boleh dilanggar di sebuah kertas dan menempelkannya di meja kerja beliau. Terbukti ketika beberapa teori di masa depan sering menjadi visual ending theme animenya. Selain itu, beberapa plot twist yang menurut saya kelewat epic juga menjadi bukti konsistensi dalam penulisan ceritanya. Saya beberapa kali tercengang saat menikmati satu per satu fakta yang terkuak. Akan tetapi, beberapa konsistensi yang dirasa tidak perlu juga nampak diterapkan oleh si mangaka, seperti konsisten dengan hobi bersih-bersih karakter yang ia lahirkan sendiri, serta konsisten melindungi beberapa karakter yang dicintainya dengan keajaiban plot armor wkwk.

3. Realistis
Salah satu daya tarik dari cerita Attack on Titan menurut saya adalah kerealistisan alur ceritanya. Jika biasanya dalam cerita mengajarkan "jika kamu berusaha sekuat tenaga maka kamu akan berhasil", namun tidak demikian dengan manga yang satu ini. Attack on Titan mengajarkan bahwa "sekeras apapun kau berusaha, jika takdirmu mengatakan kau tidak bisa, maka kau harus tetap menerimanya". Seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa rata-rata karakter manga Shingeki no Kyojin melalui perjuangan hidup yang luar biasa berat. Namun banyak juga kematian-kematian yang terjadi bahkan tanpa didramatisir proses kematiannya. Hingga perjuangan panjang yang sebelumnya dilalui oleh si karakter seolah terlupakan begitu saja.
Sangat dekat dengan realita kehidupan nyata, bukan? Attack on Titan seolah memberitahu pembaca bahwa kehidupan itu memang sekejam itu. Tapi setiap kita memang harus pintar mengambil setiap amanat yang ada bahkan pada segelap apapun karya yang disajikan. Mungkin next post akan saya bahas amanat apa saja yang bisa dipetik dari manga legend satu ini.

4. Ending yang seharusnya
"Bad Ending" yang dijanjikan Isayama Sensei beberapa waktu yang lalu sepertinya tidak jadi direalisasikan. Setelah membaca chapter 139, ternyata ending-nya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan happy ending. Meskipun kita harus kehilangan sosok main character, namun bukan berarti ending manga ini jadi menyedihkan. Populasi umat manusia di luar dinding berhasil diselamatkan, kutukan titan selama 2000 tahun berhasil dilenyapkan, para pejuang aliansi yang sempat berubah jadi pure titan beserta para Subjek Ymir di Benteng Salta bisa kembali hidup sebagai manusia, bahkan Eren memberi kabar pada Conie bahwa ia telah mengembalikan ibu Conie di kampung halaman menjadi manusia kembali. Bahkan saya bisa mencium aroma romance mulai menyeruak, kapal yang dibangun para fans sepertinya benar-benar bisa berlayar di laut lepas. Sang manusia terkuat Levi pun bisa pensiun dari aksi tebas titan hingga human, meski nampaknya ia harus melanjutkan hidupnya dengan bantuan kursi roda. Mungkin kelak ia benar-benar bisa membuka kedai teh.
Scene yang membuat hati saya teriris adalah ketika mengetahui bahwa Eren membulatkan tekad untuk menjalankan perannya sebagai iblis setelah menerima keputusan Mikasa. Jadi teringat opening theme final season, liriknya mengatakan "Angel playing disguised with devil's faces", yang ternyata Erenlah angel tersebut :"). Serta beberapa hal yang sangat disayangkan seperti perseteruan antara Bangsa Eldia dengan penduduk dunia yang ternyata tidak bisa dihentikan bahkan setelah pengorbanan Big Hero Eren Yeager.
Jadi kesimpulannya, menurut saya ending yang disajikan oleh mangaka bukanlah bad maupun happy ending, melainkan ending yang seharusnya. Sejak awal cerita ini memang dibangun di atas tragedi kutukan. Sehingga dibutuhkan pengorbanan demi mengangkat kutukan tersebut. Dan yang berkorban di sini ialah sang hero, bersama heroin-nya yang setia.

Minus Point
Saya tahu persis bahwa untuk menjaga kualitas karya, maka tidak semua fakta cerita bisa dijelaskan dalam naskah. Begitu pula yang terjadi dalam cerita Attack on Titan. Beberapa sisi cerita dirasa masih meninggalkan tanda tanya di hati pembaca. Seperti bagaimana titan parasit di chapter 138 bisa dikalahkan? Apakah ia sekonyong-konyong hilang ketika Eren berhasil ditebas? (Ketika tulisan ini terbit, saya masih belum mengerti perkara ini. Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu.)

Kesimpulan
Jika saya diizinkan untuk menilai, maka angka yang muncul di kepala adalah 95/100. Ini penilaian pribadi, ya. Saya sangat puas dengan keseluruhan cerita yang disajikan. Saya sangat senang bisa mengetahui sisi romantis dari mangaka yang selama ini saya sebut mangaka barbar. Saya cukup terpukau dengan penutup kisah gelap berkepanjangan ini. Misteri yang tertinggal merupakan bukti keberhasilan plot twist yang disajikan dalam Attack on Titan selama sebelas tahun tujuh bulan ini. 
Akhir kata, #ThankYouHajimeIsayama, #SayonaraShingekiNoKyojin. Saya akan tetap menantikan final season anime ini tahun depan meskipun jalan cerita sudah saya khatamkan.



Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya

[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)