Cuap-Cuap Magang, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Oh
gosh!
Haha…
benar-benar ga terasa. Ini sudah di ujung perjalanan magang saya di perusahaan
pupuk besar ini, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Saya
ingin mengenang kembali apa yang saya rasakan ketika tepat tiga bulan yang
lalu. Saya dan dua orang teman saya, memasuki gedung berlantai delapan itu.
Dengan lutut yang sedikit bergetar, saya bersama teman saya tersebut menanyakan
dimanakah gerangan Departemen Akuntansi itu berada. Yang dengan ramahnya Pak
Satpam berujar “Dilantai tiga, Dik.”
Yah,
saya tak ingin membahas secara kronologis pengalaman yang cukup membuat saya
bergetar. Tapi, saya akan menceritakan beberapa kenangan manis (setidaknya itu
menurut saya) hari itu.
Yang
pertama, ini adalah beberapa bahan perbincangan konyol antara saya dan kedua
teman saya yang kerap kali kami angkat ketika sedang menganggur.
The first,
ia adalah seorang lelaki yang—yah, bagi saya yang hanya memiliki tubuh
rata-rata air—jangkung banget. Kaki nya panjang banget. Yang kerap kali kami
sapa sebagai Kak Anca. Dialah orang pertama yang kami jumpai begitu pintu baja
itu terbuka setelah dua detik sebelumnya terdengar bunyi dentingan di dalam
kotak baja tersebut. Mungkin tanpa dia, kami tak lebih seperti tiga ekor anak
ayam yang kehilangan induknya.
Selanjutnya,
ialah si Kakak Ajaib. Entahlah, tapi ini sapaan untuk nya dari teman saya
(meski orang nya tak akan pernah tahu). Lalu kenapa ia disebut demikian? Yah
hanya teman saya yang tahu. Yang jelas menurut saya dia orang yang kocak. Setiap
hari pasti ada saja tingkah nya yang mengocok perut. Oh, saya akan merindukan
kakak itu. Nama aslinya mungkin akan saya sebut sedikit di sini. Ia adalah Kak
Rusdi.
Oke,
saya akan melanjutkan ke Kakak-Kakak unik lainnya. Lelaki kali ini memiliki
ciri khas. Ia si Kakak dengan nama yang, yah, antara lucu, unik, dan keren,
yang selalu pake jaket, sampe-sampe kami pernah menggelar kuis
dalam perbincangan kami tentang “Ada apa gerangan di balik jaket yang selalu
melekat di tubuhnya?”.
Dan
tahukah Anda, tebakan kami ini sangat di luar akal sehat.
Tebakan pertama :
“Mungkin ada luka di lengannya. Jadi harus ditutupin.”
“Mungkin ada luka di lengannya. Jadi harus ditutupin.”
Tebakan
kedua :
“Mungkin dia ga kebagian seragam putra, jadi dia pake seragam cewek. Atau dia pake baju sejari.”
“Mungkin dia ga kebagian seragam putra, jadi dia pake seragam cewek. Atau dia pake baju sejari.”
Tebakan ketiga (yang paling absurd) :
“Mungkin punggungnya bolong.”
“Mungkin punggungnya bolong.”
Yah,
itu hanya kemungkinan gila. Pada akhirnya saya pernah melihat nya melepas
jaket, dan ia normal. Tanpa luka di lengan. Ia juga memakai seragam putra. Dan
yang jelas punggungnya tidak berlubang. Utuh, kok.
Haha..
nama si Kakak adalah Kak Brian. Yang tidak akan saya sebutkan nama belakang nya
yang lucu, unik, dan keren itu. Saya takut kalau-kalau orang nya tanpa sengaja
menemukan ocehan saya ini.
Lalu,
ada seorang Kakak dari departemen lain. Yang pada mulanya kerap kami sebut Kak
Husin dalam perbincangan ringan kami. Jelas itu bukan nama aslinya. Kami
sungguh tidak mengetahui nama nya. Hingga salah satu dari kami mengatakan bahwa
ia mirip dengan si Husin (salah satu finalis ajang idol di Indonesia), akhirnya
kami memutuskan untuk memanggil beliau dengan sebutan itu meski orang nya tak
mengetahui bahwa ia memiliki nama lain di belakang punggungnya.
Suatu
hari saya bertanya ke Kakak yang sudah lumayan dekat dengan kami (namanya Kak
Abi) mengenai nama asli Kak Husin. Dan, sungguh di luar ekspektasi. Namanya tak
akan saya sebut di sini. Yang jelas, itu tak sesuai bayangan kami.
Sampai-sampai teman saya yang memilihkan nama Husin untuknya merasa menyesal
karena mengetahui nama aslinya. Tapi, kami tak ingin ambil pusing. Kami tetap
menggunakan sebutan Kak Husin untuk nya.
Selanjutnya,
si Kakak gokil, yang memiliki side A dan
side B, yang dulu suka galau karena
kejomloannya (tapi Alhamdulillah sekarang sudah punya pacar), yang pernah
meladeni kegilaan kami dengan kegilaan nya pula, dan pokoknya ia baik sekali.
Namanya
Kak Abi. Satu kata buat dia, GOKIL. Waktu itu saya masih memanggilnya dengan
sebutan ‘Bapak’. Tapi, dia marah. Hahaha… Dia bilang begini,
“Bapak?
Enak saja. Aku masih bujangan.”
Dan
tanpa kuduga, ternyata ia memang orang yang menyenangkan. Di minggu pertama
saya satu ruangan dengan beliau. Dan, yah menjelang hari pertukaran kami, saya
malah betah di sana. Jadi, dengan berat hati saya sok ikhlas bertukar tempat
dengan teman saya.
Di
antara semua orang di sana, mungkin ia akan menjadi satu-satunya orang yang
akan saya rindukan. Tepatnya momen-momen gila bersama kami.
Seingat
saya, di bulan pertama saya belajar bekerja, saya selalu memiliki hasrat
berlebih untuk segera pulang ke rumah, cepat-cepat menyelesaikan masa magang,
dan bisa kembali bermain bersama teman di sekolah.
Tapi,
diluar dugaan. Ketika memasuki dua minggu terakhir, saya mulai memikirkan saat
perpisahan nanti.
Suka
duka sangat terasa di sini. Pernah sekali saya menangis selama berada di kantor
tersebut. Hanya karena sebuah kalimat pedas melayang dari mulut manis seseorang
yang tak ingin saya sebutkan di sini.
Yah,
saya memang sensitif waktu itu.
Lalu,
semua berakhir, tepat di hari ini. Empek-empek pun menjadi makanan penutup
kami, yang mungkin akan menjadi makanan terakhir yang kami makan di sini bersama
keluarga Departemen Akuntansi.
Perasaan
saya sangat tak menentu. Saya senang, karena ini telah berakhir dengan lancar,
lalu kembali bertemu teman-teman, dan kembali menghirup aroma buku-buku itu. Di
lain sisi, ada secercah rasa sedih. Tapi tak sampai sebesar rasa senang saya
tentu nya. Yah, nama nya kehidupan, dimana ada perjumpaan, maka ada pula yang
nama nya perpisahan.
Yang
jelas, ini bukanlah akhirnya. Ini adalah permulaan. Masih ada segudang
tantangan yang melintang, menanti kami untuk segera memangkasnya agar jalan
keluar yang meski hanyalah jalan setapak dapat terbuka. Yah, seperti kata Uus
(salah satu Komika Indonesia), berjalanlah, jangan berlari, karena hidup itu
sebuah perjalanan, bukan pelarian.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan terimakasih yang teramat besar kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang telah menerima tiga remaja yang tengah mencari jati diri ini untuk mencicipi rasanya bergulat dengan dunia kerja. Begitupun dengan keluarga kecil di Bagian Verifikasi ini.
Sekian
dari saya. Sekadar pemanis, tersemat pula beberapa foto bersama yang sempat
terambil di hari terakhir tersebut.
Keluarga besar Dept. Akuntansi Bagian Verifikasi
Hanyalah tiga manusia muda yang tengah berkelana mencari arti kehidupan yang sebenarnya.
Sekadar kenangan, agar paling tidak kami tak akan dilupakan :)