Bayang-Bayang Rintik Hujan

Rintik hujan menemani perjalanan ku sore itu. Jalanan yang basah membuat udara yang kuhirup terasa lembab. Bau khas hujan di sore hari selalu membuatku santai. Entah sejak kapan aku mulai menyukai bau khas ini.
Tawa dua anak lelaki yang sedang bermain di genangan air dalam sebuah lubang kecil di pinggir jalan seakan membuatku ingin bergabung dengan mereka. Seakan menyadari akan perhatianku, mereka menghentikan kegirangan mereka, dan menatapku dengan wajah lugu itu.
Salah satunya melempariku dengan titik-titik air berwarna cokelat itu. Mengenai sisi kiri rok abu-abu ku.
Lalu tawa mengembang di wajah mereka. Seakan mengajakku untuk turut serta ke dalam lubang kubangan itu.
“Sini aja, kak.” Baru kusadari bahwa ada seorang anak berkuncir kuda sekitar dua meter dari genangan anak-anak tadi. “daripada main kotor-kotoran sama mereka, lebih baik main lipat origami aja sama aku.”
Aku hanya mampu tersenyum melihat ketiganya. Lalu aku mendekati si anak berkuncir kuda.
“Kakak bisa buat apa?”
Lagi-lagi aku tersenyum. Miris. Merasa malu karena tak bisa membuat apapun dari sehelai kertas segi empat warna-warni ini.
“Kakak gak bisa, ya? Kalo gitu aku tunjukkin cara bikin bangau ya.”
Ia mulai melipat beberapa sisinya. Dan kuikuti. Begitupun lipatan-lipatan rumit dan sulit untuk kuingat.
“Jadi , deh!” serunya sambil mengangkat burung bangau nya.
Aku pun sudah menyelesaikan burung bangau kertas pertamaku. Ternyata setelah selesai melakukan segala kerumitan tadi, hatiku jadi benar-benar lega.
“Kak, kenapa kakak diam terus? Atau jangan-jangan kakak gak bisa?”
Entah sudah berapa lama aku termenung. Karena aku sama sekali tak menyadari ketiga anak itu sudah berada di hadapanku.
“Eh, ng...nggak. Kakak cuma lagi mau diam aja, kok,” jawabku.
Ketiganya menghela napas lega. Membuatku ikut mengelus dada. Bisa-bisanya mereka mengiraku tak mampu berbicara.
“Kakak cantik, deh. Pakai jilbab. Gak kayak Reiko,” seru salah satu anak lelaki berbaju biru kecokelatan karena air kotor tadi.
“Takio kenapa, sih? Ngejekin aku terus kerjaannya.” ujar sih gadis kecil sambil memukul bahu anak tadi.
Setelah terjadi keributan kecil, si anak yang satunya ini lebih memilih diam menatapku. Aku pun menatapnya kembali.
“Kakak habis nangis, ya?” ujarnya. Membuat kedua temannya menyelesaikan duel tak jelas mereka.
“Oh, oh ya?” kataku berlagak bodoh. “tidak. Kamu sok tahu, nih.”
“Hmm, biasanya, sih, You memang suka sok tahu. Tapi kali ini, You benar.”
Kini ketiganya memandangiku. Mempraktikkan apa yang dilakukan anak bernama You itu.
“Apa kalian sudah selesai mainnya? Sebaiknya kalian pulang dan mandi,” ujarku sembari berdiri. “kalau tidak, kalian akan bau. Dan kalian tahu ini sudah hampir petang? Biasanya orang jahat akan keluar saat petang, dan mengambil anak-anak bau seperti kalian.”
“Aku tidak bau. Takio dan You yang bau. Jadi aku akan aman,” ujar gadis kecil bernama Reiko itu.
“Tapi Reiko bersama kami,” simbat You.
“Reiko juga tak akan bisa selamat,” sambung Takio.
Mereka beradu mulut. Membuatku merindukan kedua kakak ku di rumah. Rasanya sudah lama aku tak bertemu dengan mereka.
“REIKO!”
Seorang lelaki tampan berlari ke arah kami setelah turun dari sepeda motornya. Dengan kaki jangkungnya itu dengan cepat ia tiba di hadapanku.
“Reiko ngapain disini?” ujarnya, sambil memegang kedua bahuku. Erat sekali.
Seseorang lagi turun dari mobil antik berwarna merah. Dengan panik ia berlari menghampiri kami. “Reiko ngapain?”
Aku menoleh ke belakangku. Yang ada hanya lubang berair tempat anak-anak itu bermain tadi.
“Kalian siapa?” tanya ku.

“Ayo kita pulang, Reiko.”

*****
Hai.. Selesai juga yang namanya Ujian Nasional. Gue bisa kembali bercinta dengan laptop gue. Dan melahirkan sebuah cerpen yang rencananya mau jadi cerbung. Hahaha...
Kalo memang gue berhasil ngembangin ide cerita yang endingnya misteri ini, gue bakal lanjutin, dan bikin cover abal-abal nya sekalian.
Tapi kalo ada yang penasaran duluan, komen aja kali ya.. atau kalo mau misteri lagi, kontak gue aja. Kebetulan gue udah punya BBM nih. wkwkwk... PIN nya bisa liat di page sebelah Beranda ya...
Sekian.. Buat adek-adek ku di SMP dan SD, selamat belajar buat UN nya masing-masing...

Salam delapan puluh lima derajat (alias hangat yang gak panas banget),
Aping ^^

Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya

[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)