Catatan Kecil Untuk Repsima

About REPSIMA.
Saat aku menulis ini, aku akan berusaha untuk tidak menitikkan air sedikitpun dari mataku. Dan dengan senang hati, kembali mengingat saat-saat pertama kita bertemu untuk menjadi satu keluarga sederhana. Hingga akhirnya sebuah perkumpulan itu mulai menyebut dirinya sendiri REPSIMA.
Republik Akuntansi Lima. Entah apa yang dipikirkan si Pencetus nama itu saat menemukan nama yang sedikit janggal didengar namun renyah untuk disebutkan.
Repsima adalah sebuah kelas di mana didalamnya terdapat anak-anak yang berisik, hiperaktif, bahkan terkadang menjadi provokatif. Suara gaduh tak pernah luput dari keseharian dan kebersamaannya. Namun, inilah hal yang akan dirindukan ketika suatu saat kejadian tragis bernama ‘perpisahan’ telah tiba.
Sebagai salah satu dari mereka, aku banyak mendapatkan pelajaran hidup (baik yang penting, lumayan penting, hingga tak penting sama sekali). Aku belajar untuk mengerti berbagai warna nilai kehidupan dari perkumpulan ini. Berbagai warna yang teramat cerah. Sampai-sampai aku tak mampu menandingi warna ku yang sebatas abu-abu.
Tapi tak masalah. Meski begitu, mereka tetap menerima ke-abu-abu-an-ku sebagai bagian dari me-ji-ku-hi-bi-ni-u mereka.
Seiring berjalannya waktu, perasaan-perasaan bernama ‘cinta’ mulai bertunas. Lambat laun, tumbuh menjadi sebuah pohon berdaun lebat. Perasaan suka sebagai manusia normal bahkan mati-matian ditepis demi menjaga ikatan lain yang jauh lebih berharga. Kasih sayang sebagai keluarga jelas lebih indah ketimbang rasa cinta dari seorang kekasih.
Mulut-mulut pedas, lidah-lidah tajam, serta pandangan yang menusuk sudah jadi keseharian. Namun tawa-tawa renyah, tingkah-tingkah aneh, dan juga dangdut absurd jadi pengobat suasana, jadi pemadam kobaran geram, menjadi rangkulan yang menghangatkan setiap pundak yang sempat mengejang.
Dear, Repsima,
Aku bersyukur pernah menjadi bagian dari kalian. Aku sangat senang pernah mencicip tawa kalian yang begitu legit. Rasanya tidak cukup waktu tiga tahun untuk menikmati semua itu. Aku masih ingin terus mengecap berbagai rasa itu. Masih ingin mengenali rasa-rasa yang belum pernah kuketahui sebelumnya. Aku masih ingin berada di antara kalian.
Memandangi wajah dengan tawa berlatar lapangan golf, juga dalam sebuah ruangan bercat merah itu, dengan kebaya-kebaya saat Kartini-an, dan dengan seragam putih-abu tanpa malu (ya, yang waktu itu), justru membuat hati tak enak dirasa.
Andai, aku punya segelas air yang diminum Nobita di akhir film Stand By Me. Aku ingin mengucapkan satu kata saja. “Semoga kita akan berpisah selamanya”.
Hhhh~ sungguh angan yang teramat kekanakan.
Lalu,
Atas nama pribadi, ku ingin ucapkan terimakasih atas kebersamaannya selama tiga tahun ini. Terimakasih sudah repot-repot untuk bersedia membeli daganganku (ini demi alkena). Terimakasih sudah memanggilku dengan nama Aping. Terimakasih atas tawa yang selalu ku terima meski terkadang tak ku mengerti mengapa aku tertawa. Terimakasih sudah mau baca postingan ini. Terimakasih atas segala perasaan yang tak mampu ku tuliskan, dan bahkan tak mampu ku analisa.
Satu lagi, special thanks ingin ku sampaikan pada Jenni Jessika. Berkat kamu, aku tahu apa arti teman sebangku yang sebenarnya.
Pun juga, maaf atas segala kata pedas yang selalu ku luncurkan (aku memang begini orangnya). Maaf karena aku pernah berdebat mengenai hal yang sama sekali tak penting. Dan maaf atas segala apa yang ku lakukan.
Kini, semua harus siap. Karena sesungguhnya, ketika kita bertemu, saat itulah kita bersiap akan sebuah perpisahan. Ini bukan akhir dari kita. Melainkan awal dari segalanya. Setelah ini semua akan terjun ke dalam sebuah dunia antah-berantah. Dimana kitalah yang akan membangun sebuah kehidupan baru disana.
Sebenarnya, masih banyak yang ingin kutulis disini. Mengingat aku tak mungkin mengatakan semuanya saat kita berkumpul dengan kebaya dan jas keren, atau pada saat pengumuman kelulusan sudah dipegang di tangan masing-masing. Tapi, aku sudah berjanji pada diri sendiri di awal untuk tidak menitikkan air apapun di pipiku.
Jadi, sebelum aku melakukannya, mari kita akhiri saja.
Sampai jumpa tanggal 4, tanggal 7, dan tanggal-tanggal berikutnya yang akan menjadi hari kita berkumpul kembali bersama keluarga-keluarga kecil kita yang baru, yang mapan, yang selalu berbahagia, hingga hanya ada tawa dalam acara reuni kita saat itu nanti.
Salam terhangat dari ku, Aping.
I love you, Repsima.











Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya

[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)