REVIEW ANIME MOVIE: Maquia: When the Promised Flower Blooms (Sayonara no Asa ni Yakusoku no Hana wo Kazarou)
Baiklah, sesuai janji saya bulan februari lalu mengenai review anime bikin mata bengkak lainnya, maka pada kesempatan kali ini saya akan membawakan sebuah ulasan anime yang puanjang banget judulnya, yang setelah ini akan saya sebut Sayoasa (singkatan resminya ini, ya). Meskipun ini bukan anime baru, dan banyak sekali para bloger yang sudah menulis review-nya, tapi saya tetap ingin menulis ulasan anime keren ini versi saya.
Yap, tak perlu berlama-lama, dilansir dari Wikipedia.org, berikut profil
resmi dari anime yang akan dibahas kali ini:
Jepang : さよならの朝に約束の花をかざろう
Hepburn : Sayonara
no Asa ni Yakusoku no Hana o Kazarō
Arti : Let’s Decorate
the Promised Flowers in the Morning of Farewells
Sutradara : Mari Okada
Penulis : Mari Okada
Produksi : P.A. Works
Distributor : Showgate
Rilis : 24 Februari 2018
Durasi : 115 menit
Bahasa : Jepang
Seperti biasa,
TULISAN INI
MENGANDUNG SPOILER!!!
Diharapkan
kebijakan para pembaca sekalian.
Anime ini berlatar di suatu dunia fantasi di mana hiduplah makhluk legenda
kuno bernama Iorph. Iorph ini berwujud seperti manusia, namun fisiknya yang
sempurna alias cantik dan ganteng semua, serta umurnya yang jauh lebih panjang
dari manusia. Jadi memang semua kaum Iorph itu awet muda, long lasting beauty, gitu lah, ya. Jadi tidak heran jika mereka
tetap nampak seperti usia 30-an walau usianya sudah 400 tahunan. Nah, mereka
punya kebiasaan menenun kain yang mereka sebut Hibiol. Dan itu bukan kain
biasa, melainkan melalui proses menenun hibiol itu mereka bisa menuliskan
sejarah panjangnya, ataupun menulis pesan yang bisa mereka baca oleh sesama
kaumnya. Saya tidak tahu pasti apakah hanya Iorph yang bisa baca ini, namun
nanti si Ariel bisa menenun yang mengandung pesan yang bisa dibaca oleh Maquia
(eh, malah bahas yang belum dikenalkan ahahaha)
Cerita ini berfokus pada seorang Iorph muda bernama Maquia. Ia adalah gadis
Iorph yang penakut, dan sepertinya sebatang kara. Tetua Kaum Iorph,
Racine-sama, seorang wanita muda berusia 400 tahun (?) pernah memperingatkan
Maquia bahwa untuk para Kaum yang Terpisah (alias kaum-kaum yang sengaja
menjauh dari manusia), jika suatu waktu harus pergi ke dunia luar, ia tak boleh
mencintai manusia karena itu akan membuatnya sendirian. Ya pastilah ya, manusia
paling tua 100 tahunan, udah reyot pula. Pasti mereka akan ditinggal mati jika
sampai jatuh cinta sama manusia.
Suatu hari, wilayah Iorph diserang oleh sekelompok manusia dari Kerajaan
Mezarte, yang ternyata tujuannya adalah untuk menangkap para wanita Iorph,
untuk dikawinkan dengan sang pangeran dan dijadikan alat untuk menghasilkan
keturunan super, alias campuran manusia-Iorph yang mereka harapkan bisa
melebihi manusia dan menggantikan para Renato yang tinggal sedikit (Renato
adalah makhluk legenda kuno yang berwujud naga terbang). Nah, namun dalam
penyerangan ini, Maquia berhasil selamat karena ia tersangkut di Renato yang
mengamuk dan akhirnya keluar dari wilayah Iorph. Kemudian, yang terjadi setelah
itu ialah pertemuan yang akan menjadi sumber kesedihan di sepanjang anime ini.
Ia bertemu seorang bayi yang menjadi satu-satunya manusia yang selamat di
rombongannya. Yang akhirnya, kedua makhluk kesepian ini pun bersatu. Maquia menjadi
ibu dari anak yang ia temukan. Singkat cerita, meskipun ia ingat pada pesan
tetua untuk tidak boleh mencintai manusia, ia tetap mencintai anaknya yang ia
beri nama Ariel.
Sudah terbayang, bukan? Potongan-potongan bawang sudah mulai disebar bahkan
belum seperempat bagian cerita diputar.
Singkat cerita, Ariel tumbuh jadi anak-anak, tapi mamanya masih muda belia.
Ariel tumbuh menjadi seorang remaja, Maquia tidak berubah >.< Hingga
mereka pindah ke sebuah tempat baru, mereka merubah identitas dari ibu-anak,
menjadi dua bersaudara. Ariel juga tidak pernah lagi memanggil Maquia mama
ataupun okaa-san, cuma “hey” doang (kualat tau rasa si Ariel xD). Bahkan di
kalangan teman-teman kerja Ariel, mereka dicurigai sebagai sepasang pengantin
kawin lari.
Kemudian Ariel tiba-tiba memutuskan ingin menjadi tentara pasukan Kerajaan
Mezarte, dengan alasan ia ingin menjadi lebih kuat dan melindungi Maquia,
sebagai seorang yang telah membesarkannya. Tapi konsekuensinya Ariel harus
berpisah dari mama long lasting beauty-nya
itu. Lalu tepat setelah itu, Maquia dijemput oleh kaum Iorph. Perpisahan yang
terlalu tragis selain kematian ini, mah.
Tahun demi tahun berlalu. Ariel sudah jadi lelaki dewasa. Ia menjadi
pasukan tentara kerajaan yang cinta tanah air, dan akan segera memiliki anak,
dari seorang wanita yang ia cintai. Ia adalah Dita (teman masa kecil Ariel di
kampung). Tadinya saya mengira ceritanya akan menjadi seperti kisah Sangkuriang
dan Dayang Sumbi. Tapi ternyata, kisah ini lebih dalam, yakni mengenai perasaan
sayang yang terasa meluap-luap pada orang yang selalu berkorban untuk satu sama
lain.
Baik, cerita akan saya skip sampai
di sini, ya. Pada akhirnya, Ariel berpisah dengan Maquia. Meskipun Ariel
menangis meminta mamanya untuk tetap tinggal, namun Maquia tetap harus pergi.
Ia kembali ke pulau tempat di mana seharusnya kaum Iorph berada. Mereka
dipertemukan kembali ketika Ariel sudah tiba di masa tuanya, atau lebih
tepatnya di hari ketika ajalnya menjemput. Maquia datang dengan wajah awet
mudanya ke kediaman Ariel di sebuah rumah tempat ia dan Maquia dulu ditampung
oleh keluarga Mbak Mido (tidak saya sebut di atas, bisa dikepoin nonton
anime-nya aja). Dan di saat Maquia datang itulah, Ariel hanya sempat bilang
“selamat datang”, dan mendengar “aku pulang” dari Maquia, lalu wafat dalam
damai. Saya cukup yakin Ariel meninggal di akhir cerita karena Maquia mengatakan
“Selamat jalan, Ariel.”
Dan senjata ampuh pun berhamburan di akhir movie ini. Flashback sejak Ariel balita, kemudian tumbuh menjadi anak-anak, bahkan sampai remaja ditayangkan. Kenangan demi kenangan Maquia sebelum berpisah dengan Ariel dipertontonkan dengan tangisan Maquia yang mampu menyayat hati setiap penontonnya.
Taraf mewek saya saat nonton scene ini udah sampai pada tahap sesenggukan,
mata merah, hidung meler. Sudah tak tertampung kesedihan yang sudah mulai
dibendung sejak sebelum seperempat kisah movie
ini.
Okay, sekarang saatnya membahas secara singkat
dan padat.
Ini adalah anime paling bikin banjir air mata menurut saya (tak tahu kalau
Anohana, ya, karena saya belum nonton). Bagi Iorph, hidupnya tidaklah
“sepenuhnya”, karena bagi mereka waktu terhenti hanya pada mereka, sedangkan
orang-orang yang mereka saksikan (manusia) terus maju alias menua dan mati.
Melalui perpisahan berulang kali merupakan konsekuensi yang harus mereka
dapatkan apabila mereka mencintai makhluk fana seperti manusia. Di sinilah
letak kesedihan movie ini bahkan
ketika belum mencapai klimaks utamanya.
Walaupun ini cerita fantasi, tapi yang menjadi poin penting sorotannya
adalah kasih sayang yang tidak asing lagi di kehidupan nyata. Jadi cerita yang
dibawakan terasa dekat dengan kita. Kemudian, ending yang sedih bagi penonton tapi belum tentu menjadi
benar-benar sedih bagi para tokohnya. Di anime ini semua kembali pada
tempatnya. Manusia dengan manusia, dan Iorph kembali ke dunianya. Semua
berakhir di tempat yang seharusnya. Jadi bisa dibilang ini jadi cerita yang happy ending.
Pesan yang paling mendalam adalah bahwa di dunia yang tidak abadi ini, mencintai
adalah suatu anugerah, dan pastinya selagi cinta adalah cinta untuk sesuatu di
dunia yang fana ini, maka cinta itu tidaklah abadi. Perpisahan adalah untuk
pertemuan yang baru.