Magang oh Magang [Esai]
Alhamdulillah, saya kembali dengan perihal yang lebih berguna kali ini. Ini adalah esai pertama saya. Jadi jika ini masih banyak kekurangan mohon dimaklumi.
Tema yang saya angkat adalah "Magang", dimana tengah saya lakukan sekarang ini.
Ok, langsung saja. Sedikit pemanis, sebuah foto saya bersama teman saya di hari pertama magang.
saya dan teman2 saya...
Magang oh Magang
Esai oleh Aprilia Dwi Istifarani
Tujuan
saya disini hanyalah sekadar berbagi apa yang telah saya lalui belum lama ini.
Suatu kegiatan yang mungkin akan jadi pengalaman besar dalam kehidupan
seseorang. Atau mungkin jadi sebuah ajang untuk sekadar adu adrenalin, memacu
detak jantung agar lebih terbiasa dengan hal-hal yang menakutkan bagi sebagian
besar manusia di belahan bumi tertentu. Karena disini kalian akan menemui
kasus-kasus berhadapan dengan manusia yang memiliki harta, tahta, bahkan wanita
maupun pria. Kegiatan itu biasa disebut magang.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), magang adalah calon pegawai
(sudah bekerja, tetapi belum mendapat gaji karena masih dianggap taraf
belajar); (bekerja) menjadi calon pegawai.
Saat saya menulis tulisan ini,
saya berada di kantor di mana saya magang. Jam istirahat adalah waktu yang
sangat dinantikan. Karena sepanjang jam bekerja saya tak akan bisa melakukan
apapun kecuali pekerjaan. Dan karena jam istirahatlah saya bisa menulis ini.
Mari kita bahas apa yang akan
Anda (para pelajar) rasakan bila seandainya Anda menjadi saya, duduk di sebuah
kursi kerja menghadap sebuah meja yang disana telah terduduk ribuan kertas yang
mungkin tak akan bisa dihitung kepastian jumlah nya.
Memang bukan itu tugas seorang
siswa magang di sini. Hanya saja, ini tak seperti yang biasa dilalui oleh para
siswa biasanya. Bagi siswa SMK, cepat atau lambat hal ini akan kalian lalui.
Kebetulan saya berada di jurusan Akuntansi, jadi sudah pasti tempat yang saya
dapatkan adalah area perkantoran. Maka tulisan ini akan berfokus pada kegiatan
magang di kantor. Jika Anda siswa SMA, mungkin Anda akan melewati hal ini
ketika Anda memilih sekolah tinggi teknik, misalnya Politeknik.
Jika Anda adalah seorang pelajar
SMK yang mungkin tahun depan, atau dua tahun yang akan datang, maupun yang
telah memikirkan rasanya menjadi ‘anak magang’ meski bahkan Anda belum
menginjak ke jenjang sekolah kejuruan, mungkin Anda perlu mencari informasi
dari orang-orang yang lebih berpengalaman di sekitar Anda. Untuk sekadar
menjawab rasa penasaran yang menggelitik itu sudah cukup membuat Anda puas.
Setidaknya itu yang saya lakukan ketika memasuki Sekolah Menengah Kejuruan.
Mungkin akan langsung saya lanjutkan
ke pengalaman pertama saya. Hari pertama hanya saya habiskan untuk menerima
pelatihan serta mengurus beberapa syarat tambahan agar dapat memasuki gedung
kantor. Hari-hari selanjutnya mungkin akan terasa seperti disiksa oleh tentara
kolonial.
Sebenarnya, tidak ada yang
menyiksa saya secara fisik. Hanya saja perasaan ‘tersiksa’ ini muncul dari
dalam hati saya sendiri. Perasaan tidak tenang selalu menggelantungi nyali
sepanjang hari. Dan ini tak cukup satu hari. Saat hampir saja saya berhasil
beradaptasi, kegiatan rolling pun
dilakukan. Hasilnya saya harus kembali mengulang usaha adaptasi saya.
Mungkin Anda mulai berpikir andai
itu semua dilakukan bersama teman, maka semua itu tak akan menjadi seburuk apa
yang telah saya gambarkan. Saya pun sempat bepikir demikian. Tapi, semua
pengandaian tak ada guna nya jika selamanya akan tetap jadi ‘andai-andai’.
Mari mencoba untuk memikirkan
sebuah kemungkinan masa depan tentang kita dan seorang teman. Anda dan teman
Anda telah berhasil meraih kelulusan sekolah menengah yang telah ditempuh
selama tiga tahun. Pada awalnya, Anda ingin melanjutkan pendidikan, namun teman
Anda memilih untuk bekerja. Anda dan teman Anda pun kembali berdiskusi,
menimbang yang mana yang sebaiknya dipilih. Tapi, teman Anda telah membulatkan
tekad untuk bekerja. Akhirnya, Anda yang memiliki keinginan tanpa adanya
keyakinan memilih untuk bekerja pula.
Anda melamar pekerjaan bersama
teman Anda. Melewati serangkaian tes bersama pula. Namun sial, Anda gugur di
tes terakhir. Teman Anda berhasil meraih apa yang telah diimpikannya. Lalu apa
yang akan Anda lakukan? Menyalahkan teman Anda dan memintanya untuk menarik
kembali lamaran tersebut? Saya yakin kita semua tak akan melakukan hal itu.
Lalu, apakah semua itu mungkin?
Tak ada yang mampu menjamin bahwa masa depan akan cerah bila terus
menggantungkan diri dengan seorang teman.
Maka saya mengajak Anda untuk
berhenti bergantung dengan teman. Toh setiap manusia akan memasuki kuburnya
sendiri pun mempertanggungjawabkan sendiri semua perbuatannya di dunia ini.
Hitung-hitung sebagai latihan agar hidup menjadi lebih mandiri.
Saya pernah mendengar kabar
miring, yang ‘katanya’ diucapkan oleh sebagian Kakak tingkat yang telah
menyelesaikan tahap magang nya lebih dahulu.
“Di tempat magang kamu akan jadi
Si Pembuat Kopi,”
“Kerja nya hanya fotokopi,
fotokopi, dan fotokopi. Tidak digaji pula,”
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat
yang seperti mantra mujarab pelumpuh syaraf dan nyali. Sebagai seorang pemula
yang sangat mula, tentu saya begitu percaya hingga saya sempat berpikir lebih
baik magang dibatalkan saja. Tapi, saya bukanlah tipe orang yang menerima saja
kenyataan yang sepertinya tak sesuai.
Berbagai cara saya lakukan demi
mendapatkan sebuah penyangkalan dari apa yang telah dikatakan Kakak-Kakak
tingkat tak berperikemanusiaan itu. Mulai dari mencari informasi dari orang
berpengalaman lainnya, ataupun mencoba mengorek halaman-halaman di dunia maya
seputar magang.
Tapi tetap saja tak berhasil.
Satu-satu nya jalan agar Anda mengetahui suatu hal hanya lah dengan cara
menjalani nya. Karena sejujurnya, sebanyak apapun saya mengorek sumber-sumber
akurat tetap saja hati saya terus merasa takut, cemas, bahkan sampai frustasi.
Apalagi satu hari menjelang magang dilaksanakan, kecemasan saya berada pada
puncak nya. Rasanya tidur saya tidak nyenyak malam itu.
Tapi syukurlah, semua kabar itu
hanya palsu belaka. Mungkin mereka ingin Adik tingkatnya merasa terpacu untuk
menjalani magang nya. Akan lebih baik jika kita berpikir positif.
Lalu pasal ‘tidak digaji’.
Pengertian magang menurut KBBI saja sudah jelas bahwa siswa magang “belum mendapat gaji karena masih dianggap
taraf belajar”. Apakah masih ada alasan lain yang akan menjadikan ‘tidak
digaji’ sebagai momok para calon pekerja sukarela ini? Lagipula sesungguhnya
yang dicari para pemagang adalah nilai bukanlah uang.
Kemudian, bagi saya magang adalah
suatu pendekatan diri dengan lingkungan sekitar. Ibarat seorang pelajar adalah seekor
burung di dalam sangkar. Untuk bisa keluar dari sangkarnya, burung tersebut
perlu belajar terbang. Begitu pun dengan para pelajar yang tengah belajar
mengepakkan sayap nya agar bisa membuat diri nya berguna di masyarakat setelah
tamat sekolah nanti.
Dengan beradaptasi di lingkungan
sekitar, bukan hanya tujuan utama magang saja yang akan tercapai. Melainkan
kebiasaan hidup mandiri, disiplin, inisiatif, dan kecepatan berpikir logis pun
merupakan suatu manfaat besar dari kegiatan ini.
Jika boleh, saya berniat
menyampaikan sebuah saran bagi Anda yang akan menjalani kegiatan mengasyikkan
ini. Guru saya mengatakan ini ketika magang baru akan dimulai, “jaga sikap”.
Ya, benar. Anda harus menjaga
sikap. Atau bahasa kasarnya adalah ‘tahu malu’. Tapi, saran saya, jangan
terlalu menampakkan rasa malu Anda. Misal pegawai di tempat Anda magang
menyuruh Anda untuk makan, karena rasa malu Anda yang terlampau besar akhirnya
Anda memilih untuk menahan hasrat Anda untuk mencoba makanan tersebut karena
menurut Anda itu adalah bagian dari kegiatan ‘menjaga sikap’.
Anda salah. Dengan begitu mereka
akan menganggap Anda adalah orang yang sombong. Yang tak mau makan makanan dari
orang lain. Yang tidak mau ini, tidak mau itu, dan berbagai pemikiran negatif
tentang Anda.
Inti nya jangan sampai kata ini
keluar dari mulut mereka :
“Disuruh makan saja susah,
apalagi disuruh kerja.”
Jangan sampai. Karena kita tak
akan tahu isi hati orang lain.
Lalu apa sebenarnya inti dari
tulisan ini?
Saya telah menyebutkan tujuan
diatas bahwa saya hanya akan membagi secercah pengalaman kepada Anda. Yang
mungkin sedang membutuhkan sebuah keyakinan menepis mantra pelumpuh nyali
pra-magang Anda. Karena hidup penuh misteri, keberanian menepis belenggu ketakutan
adalah hal paling penting agar mampu membuka simpul masa depan yang masih
abu-abu.