Talkshow Kepenulisan with Bang Tere Liye

Hari ini saya mengikuti sebuah acara yang mungkin sangat bermakna bagi saya. Menghadiri sebuah Talkshow, yang di dalamnya telah hadir seorang yang begitu terkenal, yang telah memiliki dua puluh dua novel karya nya, yang selama ini belum pernah saya temui di tempat lain tentunya.
Ialah Darwis Tere Liye.
Jujur saja, saya belum terlalu mengenal beliau. Saya bahkan baru mengetahui bahwa film layar lebar “Hafalan Sholat Delisa” diangkat dari novel beliau yang berjudul sama beberapa hari yang lalu dari teman saya yang juga mengikuti acara ini.
Lalu mengapa saya datang kesana?
Saya datang karena acara ini berjudul “Talkshow Motivasi”, yang pembicara nya adalah seorang Tere Liye yang terkenal itu, dan yang paling penting, ia adalah seorang penulis. Sudah barang tentu bahan pembicaraan nya adalah dunia kepenulisan.
Jadi intinya, saya datang bukan karena saya ingin bertemu, berfoto, ataupun menyalami nya. Tapi saya datang karena itu adalah ladang kecil untuk memanen sedikit ilmu tentang dunia sastra.
Tapi bukan berarti saya tidak menyukai beliau. Saya menyukai hampir semua penulis yang saya ketahui. Masing-masing dari mereka selalu memiliki ciri khas yang tentu digemari banyak orang termasuk saya. Bahkan saya menyukai penampilannya hari ini yang hanya memakai setelan kaos berwarna biru dengan topi koplo-nya.

Maaf kalau tidak kelihatan. Soalnya motret nya dari jauh juga.

Jika saja tulisan saya ini ditemukan oleh beliau, saya sangat berterimakasih pada beliau. Karena sejujurnya, saat ini saya sedang buntu-buntu nya dalam melanjutkan karya saya-yang-baru-seperempat-jalan. Meskipun saya tidak mendapat kesempatan bertanya langsung pada beliau. Bahkan saya tidak mendapatkan tiket. Untung goodie bag nya dapat, jadi paling tidak saya bisa menunjukkannya pada Ibu saya bahwa saya telah mengikuti sesuatu yang bermanfaat.
Berbicara masalah “manfaat”, saya jadi teringat sebuah kalimat yang diucapkan oleh Bang Tere tadi. Yang kurang lebih isinya begini,
Novel terbaik adalah ketika ada manfaat bagi orang lain.
Selama ini saya hanya memiliki satu pandangan, bahwa novel terbaik adalah yang memiliki cerita yang menarik, bahasa yang baik, dan besarnya jumlah orang yang tertarik. Saya selalu mengeluh ketika karya saya yang saya post di  blog maupun akun wattpad, seperti tidak ada orang yang membacanya. Seolah saya sedang berbicara dengan tembok. Dan saya pun kembali mengeluh.
Ada satu kalimat yang juga beliau sampaikan tadi (yang berhasil menampar saya tak terlalu keras), adalah Menulislah karena kalian ingin menulis.
Mendadak jantung saya berdenyut dua kali lebih cepat, mengingat kembali keluhan saya yang selama ini saya keluarkan meskipun saya telah mengaku pada keluarga, teman bahkan kakak angkat saya bahwa saya menulis karena saya suka dunia tulis-menulis. Saya merasa malu akan hal itu.
Saya rasa banyak sekali hal yang baru saya dapatkan hari ini. Dan tentu tak sampai di sini saja. Pasti masih banyak lagi hal yang perlu saya pelajari demi meraih motivasi lagi inspirasi agar tulisan-tulisan saya jadi lebih bergizi dan berbobot.
Masalah inspirasi, tadi sempat disinggung oleh penulis asal Lahat, yang kerap kali disapa Bang Tere ini. Bahwa inspirasi menulis dari mana saja, point penting nya adalah sudut pandang nya.
Maka dari itu, mari meningkatkan kembali kemampuan kita dalam mengolah sudut pandang sebuah cerita agar tulisan kita lebih baik lagi.
Mungkin hanya ini yang ingin saya bagi hari ini. Sebelum nya saya juga berterimakasih pada penyelenggara. Karena tanpa mereka acara ini tak akan terlaksana tentunya.
Jaga konsistensi, istiqomah-lah pada apa yang telah menjadi target, dan terus menulis karena kalian suka menulis.

Sebagai pemanis saja, anggap saja galeri foto sederhana untuk hari ini.

Ini tiket, stiker dan pi nya. Lumayan lah buat kenang2an


Dan ini saya dan dua teman saya.

Sekian dari saya....

Popular posts from this blog

[REVIEW FILM] Ai Uta: My Promise to Nakuhito (Dari Sudut Pandang Seorang Tokufans)

"POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA" dalam Opini Saya

[REVIEW ANIME MOVIE] Josee to Tora to Sakana-tachi (2020)